Berita Psikiatri: Beberapa penelitian terbaru tentang depresi dan aktifitas otak

Aktifitas otak dan penuaan telah lama dianggap sebagai kunci untuk memahami efek dari depresi. Tiga penelitian baru menemukan beberapa hal baru tentang depresi. Penelitian menemukan bahwa pengukuran aktifitas listrik otak dapat membantu memprediksi respon pasien terhadap obat-obatan antidepresan. Penelitian lain menemukan bahwa depresi dapat mempercepat proses penuaan otak. Terdapat pula penelitian yang menunjukkan bahwa depresi depresi terkait dengan masalah dalam proses mengingat.

1. EEG Membantu Mengidentifikasi Depresi

Peningkatan aktifitas gelombang theta pada area korteks cingulatum anterior rostra sebelum dilakukan terapi ternyata dapat digunakan sebagai marker prognosis nonspecifik untuk menilai kemungkinan hasil pengobatan. Pizzagalli et al (2018) melakukan penelitian multicenter randomized clinical trial dengan 248 pasien rawat jalan. Pasien memiliki rata-rata usia 38 tahun, tanpa gejala psikotik, terdiagnosis episode depresi atau depresi berulang, dan memiliki rekam medis yang memiliki catatan EEG. Pasien dirandomisasi untuk mendapatkan placebo atau sertraline selama 8 tahun.

Didapatkan hasil bahwa pasien dengan aktifitas gelombang theta yang lebih tinggi, baik pada saat baseline (saat pengukuran awal) maupun setelah minggu pertama, cenderung memiliki perbaikan gejala depresi yang lebih besar. Hal ini tetap signifikan walaupun dilakukan penyesuaian statistik untuk berbagai variabel klinis dan demografis yang telah diketahui dapat memengaruhi hasil pengobatan. Gelombang theta, bersama dengan berbagai variabel klinis dan demografis, dapat menjelaskan hingga 49,6% varian dari perubahan gejala.

Implikasi klinis

EEG, bersama dengan pemeriksaan radiologi dan tes darah, memiliki potensi untuk menjadi alat untuk membantu pasien yang tidak berespon dengan SSRI, untuk menemukan pengobatan yang efektif dengan lebih cepat. “Saat hasil dari tes-tes tersebut digabungkan, kami berharap akan mendapat 80% akurasi untuk memprediksi apakah antidepresan umum akan berespon pada pasien. Penelitian ini sangat mungkin akan mengubah pola pikir tentang cara mendiagnosis dan mengobati depresi,” kata author senior dr Madhuka Trivedi dari Universitas Texas, Southwestern Medical Center, Dallas, Texas.

2. Depresi mengakibatkan penurunan fungsi kognitif

Untuk pertama kalinya, penelitian telah menunjukkan bukti yang komprehensif tentang efek depresi terhadap penurunan fungsi kognitif secara keseluruhan. John et al (2018) mengadakan penelitian systematic review terhadap 34 penelitian longitudinal yang memiliki fokus utama pada hubungan depresi atau kecemasan dengan penurunan fungsi kognitif setelah beberapa waktu. Analisis terhadap 71.244 partisipan meninjau kecepatan penurunan kognisi secara umum, meliputi hilangnya memori, fungsi eksekutif, dan kecepatan memproses informasi pada pasien dewasa tua. Multi-level meta-analysis menunjukkan bahwa depresi, sebagai alat prediksi secara biner maupun kontinyu, berhubungan signifikan dengan penurunan kondisi kognitif.

Implikasi Klinis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi kognitif mungkin perlu dimonitor dengan seksama pada pasien dengan gangguan afektif. “Orang yang mengalami depresi sebaiknya jangan putus asa – Tidak selalu orang dengan depresi akan mengalami penurunan besar kognitif dan usaha pencegahan seperti olahraga, terapi mindfullness, dan pengobatan yang dianjurkan, seperti cognitive behavior therapy, sudah terbukti bermanfaat meningkatkan kesejahteraan, dan pada akhirnya mungkin membantu melindungi fungsi kognitif pada usia lanjut,” kata author utama Amber John, PhD, dari University of Sussex di Inggris.

3. Gejala depresi terkait dengan biomarker penuaan

Pasien usia usia lanjut dengan gejala depresi yang lebih berat mungkin memiliki perbedaan struktur otak dibandingkan pasien tanpa gejala. 1111 partisipan dengan rata-rata usia 71 tahun, sebagian besar ras Hispanic Karibia, dan tanpa riwayat stroke, diukur gejala depresinya pada baseline. Semua pasien menjalani pemeriksaan radiologi otak, pemeriksaan psikologis, dan pemeriksaan untuk memori dan kemampuan berpikir. Memori dan kemampuan berpikir dinilai kembali rata-rata setelah lima tahun kemudian.

Pada baseline, 22% partisipan memiliki gejala depresi yang lebih besar dibandingkan partisipan lain. Gejala-gejala tersebut ternyata secara signifikan berkorelasi dengan memori episodik pada baseline yang lebih buruk setelah dilakukan penyesuaian model statistik mempertimbangkan faktor sosiodemografik, risiko vaskuler, perilaku, dan jenis obat antidepresan. Gejala-gejala ini juga berkorelasi dengan ukuran fraksi parenkim cerebri dan peningkatan kemungkinan infark otak subklinis. Hal ini didapatkab setelah penyesuaian model statistik dengan menpertimbangkan faktor sosiodemografik, perulaku, dan faktor risiko vaskuler.

Implikasi klinis
“Karena gejala depresi dapat diobati, terdapat kemungkinan bahwa terapi dapat juga mengurangi masalah dalam berpikir dan memori. Padahal, 25% orang dewasa tua mengalami gejala depresi, sehingga memahami hubungan antara depresi dan masalah memori merupakan hal yang penting,” kata author utama Adina Zeki Al Hazzouri, PhD, MS, dari the University of Miami Miller School of Medicine di Florida. “Penelitian kami menunjukkan bahwa bisa jadi depresi dan penuaan otak berlangsung secara bersamaan, dan gejala depresi yang lebih berat mungkin mempengaruhi kesehatan otak melalui penyakit pada pembuluh darah kecil.”

Sumber:

Pizzagalli DA, Webb CA, Dillon DG. Pretreatment Rostral Anterior Cingulate Cortex Theta Activity in Relation to Symptom Improvement in Depression: A Randomized Clinical Trial. JAMA Psychiatry. 2018;75:547-554.

John A, Patel U, Rusted J, et al. Affective problems and decline in cognitive state in older adults: A systematic review and meta-analysis. Psychol Med. 2018;24:1-13.

Hazzouri AZA, et al. Greater depressive symptoms, cognition, and markers of brain aging. Neurology. 2018;90:e2077-e2085.

http://www.psychiatrictimes.com/major-depressive-disorder/new-insights-role-brain-activity-depression

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.